Rabu, 20 Agustus 2014

Dialog Senja

Ada tanyaku, kala senja mengintip di peraduan
Yah, apakah senja tak bisa menunggu? Sedikit saja yah
Jingga, dalam untaian kemilau tipis.
Teduh merata dan menjuntai di atas cakrawala.

Ada apa dengan senja nak? Bukankah fajar lebih indah?
Busana embun berkibar dalam lambaian mata yang beranjak terbuka.
Kemilau peraknya membakar gairah untuk meninggalkan peraduan.
Membuka imajinasi, lukiskan asa dalam terawangan angan dan cita.
Waktu yang sungguh jadi idaman

Ya..
Pukauan fajar sangat mengharapkan.
Namun tak serta kuharus merindukannya.
Sebab, tak akan terjadi dua kali pagi dalam satuan hari
Dan.. Yah..
Hanya senja yang telah surut hingarnya yang hadir saat ini.

Nak.
Fajar telah menelan segala ke-andaian
Disusul sang terik yang mungkin disertai hujan bahkan badai.
Atau kerontang dalam paraunya relung dahaga.
Kini.
Pesona jingga dalam taburan langit melupakan saat tadi

Jingga dalam senja, adalah penantian.
Indah dan hanya sebentar dirasakan.
Kemegahan yang tak sebanding dengan kilauan perak bahkan teriknya.
Senja inilah yang kuharap mengiringimu Yah.

Senin, 18 Agustus 2014

KAPILERITAS MALAM

Kupilih karang menjadiku
Terproses akan terbentuknya dalam jutaan tahun
Bergulir, berubah, melengkung, terkonstruksi dan tak tetap menjadi.



Kupilih karang menjadiku
Terikatnya partikel padat
Cermin kemegahan dinding-dinding daratan.

Namun bukan karang yang hanya batuan.
Ada pintaku tuk dampingan olehmu
Jadilah sesuka dengan Kuasamu 
Resapiku lalukan tetesan klorophilMu
Aliri dahagaku dengan sulur-sulur akarMu.
Genggam, selubungiku dengan cengkram erat setiap partikel cadasku.
sebab,
 

Kuingin gagah diatas deburan ombak
Kuingin kokoh dengan kikisan angin
Tegap berdiri, menantang rakusnya waktu.
dan....

Disaat kuharus hancur,
Kuingin senyumMu lumatkanku menjadi bubur yang menghidupi setiap makhluk.

Minggu, 17 Agustus 2014

Indonesia

Selamat HUT RI ke 69, semoga Indonesia semakin jaya dalam belaian hangat Ibu Pertiwi.
Namun, di 69 tahun kemerdekaan RI, sangat sering kita mendengar atau bahkan ikut merasa pesimis tentang kemerdekaan yang kita rasakan. Berbagai kasus di negara ini tentang politik, agama, suku, budaya, dan ras terkadang menjadi konflik yang semakin hangat untuk menjadi bahan pembicaraan. Ujung-ujungnya, pembicaraan kita akan mengarah kepada penyalahgunaan jabatan dan mengikis rasa percaya kita kepada seluruh pejabat yang sedang duduk di atas sana.

Perlu kita sadari bersama, jika memang suatu saat bangsa ini hancur (semoga tidak), hal tersebut tak lain karena kesalahan warga bangsanya sendiri yaitu rakyat dan pejabatnya. Munculnya rasa tidak percaya rakyat kepada pemimpinnya, akan semakin membuka jalan untuk bangsa ini menuju masa kelamnya yang tentunya kita tidak mau hal itu terjadi pada bangsa kita tercinta.

Apakah kita semua ingat, kala duduk untuk mendengar cerita kepahlawanan nenek moyang kita? Cerita-cerita tersebut selalu menghembuskan aroma persatuan dan kesatuan yang sedap untuk kita bayangkan dan membakar hati kita untuk menghancurkan penjajah dari bangsa lain. Kemana perginya semangat itu saat ini? Kebanggaan kita hilang bersamaan munculnya bukti-bukti kuat tentang penggelapan sejarah. hal tersebut bahkan mungkin membuat kita tak lagi mengenal Indonesia tercinta secara tiba-tiba. Hingga pada akhirnya hidup demi kepentingan pribadi adalah jalan satu-satunya untuk bertahan hidup di negeri ini.

Lalu, harus bagaimana sikap kita sebagai rakyat? Sekedar beropini saja, kita sering membuka pembicaraan tentang negara yang ujung-ujungnya akan berkonsentrasi pada kejelekan-kejelekan pejabat-pejabat negara kita. Bagaimana jika kritikan kepada pejabat yang sering kita bicarakan, disampaikan dengan cara persuasif dan memberi semangat juga dukungan. Contoh : "Ayo pak menteri kami semua berharap kepadamu, lupakan masa lalu bapak yang korup dan amoral, sekarang saatnya untuk kita bersama-sama membangun Indonesia. Kita mampu melakukannya". Sekali-sekali, ajakan berasal dari rakyat, apakah ajakan untuk membangun Indonesia hanya terjadi 5 tahun sekali waktu kampanye Pilpres????

Salam...
Merdeka!!!

Sabtu, 16 Agustus 2014

Kemerdekaan



Bumi retak dalam kedamaiannya
Langit menangis
Ketika darah kami, dibayarkan untuk sebuah kekuasaan

Ribuan timah panas
Tertanam dengan keji
Dalam seonggok daging

Demi kekuasaan
Demi kebesaran sebuah nama
Mereka membinasakan kami

Namun……
Kami sadar…
Tubuh ini tak diciptakan hanya untuk
Bantalan peluru
Nyawa ini diembuskan bukan untuk
Melayang dengan percuma

Untuk merdeka kami ada…
Untuk merdeka kami hidup
Dan
Dengan merdeka
Kami mati…..